Saturday, October 16, 2010

Opening ceremony of Latdis (based on reality)


Sabtu,23 juni 2007

Hari ini adalah pengumuman hasil ujian nasional (UN) SMP. Jadwal yang telah ditentukan oleh sekolahku adalah 08:00 pm,waktu yang cukup pagi untuk pengumuman kelulusan. Dengan semangat untuk mengetahui hasil ujian nasionalku,aku mulai beranjak dari tempat tidur ini.Apalagi ditambah dengan kenyataan bahwa pukul 15:00 adalah waktu terakhir kami untuk masuk ke asrama SMA baruku, SMA PLUS NEGERI 17 PALEMBANG.

Sma itu mewajibkan seluruh murid barunya untuk mengikuti kegiatan latdis (latihan kedisiplinan) dan mos selama sepuluh hari,dan hari pertama adalah besok.Seraya mengingat kembali apa yang harus aku bawa ke asrama kelak,aku berjalan menuju smpku untuk mengetahui hasil ujian nasional ini.

Semua siswa di smpku lulus.Nilaiku mungkin tidak terlalu besar dibanding beberapa orang,namun hal itu tidak melelehkan semangat latdisku pagi itu.

Akhirnya,dengan kepala yang botak,aku menginjakkan kaki di SMA ini.Dengan perasaan bangga kulihat beberapa siswa-siswi lainnya yang sedang ber-isaktangis-an dengan orang tua mereka -kami dilarang bertemu orang tua 10 hari ini bila tidak diizinkan-.Aku hanya bimbang dalam hati,apakah bisa melaluinya tanpa tangis-tangisan itu.

Manja..batinku dalam hati,ketika aku melintasi seorang anak laki-laki yang menangis dalam pelukan ibunya yang sedang menghapus airmatanya dengan saputangan hijau itu.Beberapa siswa baru sibuk dengan berbagai perlengkapannya,seorang perempuan berambut panjang melintas sambil menyeret-nyeret kopernya di tengah keramaian itu.

"Semua siswa-siswi baru harap berbaris menurut pleton-nya masing-masing untuk mengikuti upacara pembukaan" teriak laki-laki dengan suara berat itu melalui microphone.Dengan segera aku mencari kelompokku,pleton 6. Kerlingan beberapa mata siswa tertuju padaku saat aku bergabung dengan mereka yang lebih dahulu ada disana.

Well,what the hell does it mean?

Seorang laki-laki yang kelihatannya bersemangat dan sangat berkeringat disebelah kananku menyapaku dengan ramah,ia bertanya apakah aku membawa kertas pilihan kelas (disini diharuskan memilih 4 jenis kelas:akselerasi,SBI,olimpiade atau regular).Upsss…sepertinya hal itu yang mengganjal pikiranku dari tadi,sebuah keteledoran yang spertinya biasa bagi diriku ini.

“Perkenalkan,Rodiansyah,dari SMP 22 palembang” sahutnya memecah gelombang pikiranku seraya mengulurkan tangan.

Nama yang aneh..

“Ehm..tarazika,panggil aja zika,dari SMP 53 Palembang” jawabku dilanjutkan dengan senyuman ke Rodiansyah itu yang sedang kebingungan.

Mungkin bagiku namanya sangat aneh,tapi baginya namaku lebih aneh lagi..

tobe continued

2 comments:

  1. dibuat dengan susah payah..mengingat segala detil kejadian..

    ReplyDelete
  2. Agak sensitif Zik telingaku denger nama yang sangat aneh. Namaku yang paling aneeeh Ziiiik.... -,-

    ReplyDelete