Friday, February 15, 2013

Jess


[Jess]

Langkah demi langkah kutempuh menuju tujuanku. Dengan peluh yang terus menetes di dahi dan pipiku. Setiap desah nafas ini mewakili satu perjuangan kecil di hidup ini, -hidup yang fana-. Setiap orang mungkin bertanya, apakah hidupku ini indah? apakah hidupku sempurna?Well,tidak ada yang sempurna. Suatu ketika di sebuah lapangan kecil, seorang wanita seumur diriku mendekati diriku. Bertanya bagaimana rasanya hidup sepeirti diriku. Hidup dengan paras yang cantik nan rupawan, langkah yang melenggang tegas namun tetap anggun, harta yang berlimpah, serta ketenaran di dalam hidupku ini. Kau pasti pikir itu indah.

Tidak semua hal dari diriku ini indah, tidak semua kelebihanku indah.

Dua sejoli itu sedang memadu kasih ketika sang lelaki mengerlingkan matanya ke arah diriku. Apakah dirinya memang tidak puas dengan apa yang dimilikinya, ataukah memang parasku mampu mengalihkan perhatiannya?-bahkan dari orang yang dicintainya-. Aku selalu merasa diriku lemah, rendah dan tidak punya apapun di dunia ini. Sekali lagi sang lelaki melirik ke arahku, pertanda apakah?kagum?heran?atau bahkan terganggu? taman ini bukan hanya milik kalian berdua.

Memori itu kembali berputar, 7 tahun yang lalu, ketika aku masih berumur 17 tahun, saat keemasan dari kehidupan, dan juga saat kegelapan bagi setiap orang. Bagiku yang pertama. Saat dimana aku menjadi diriku yang populer di seantaro sekolah. Ketika semua orang memuji diriku dengan segala kelebihan yang aku punya. Ketika semua mata memandang ketika aku melangkah. Dan ketika sorakan dan teriakan namaku ketika aku menjadi pusat perhatian. Mungkin bagi semua orang hal itu indah. :(

Dibalik semua itu, aku mempunyai sisi yang bertolak belakang dengan apa yang dianggap semua orang selama ini. Sisi kehidupan yang hanya diketahui beberapa orang, -beberapa orang spesial-. Kau akan berteriak terkejut ketika kau mendengar semua dibalik hal itu.

Harry, salah satu orang yang benar-benar mengerti diriku. Sejak kepergiannya ke luar negeri, aku merasa kehilangan sosok diriku. Aku kehilangan sosok yang mengingatkanku pada diriku yang sesungguhnya, pada jati diriku. Suaranya yang berat namun indah nan memukau selalu menenangkan pikiranku di saat-saat aku lepas kendali. Lepas kendali akan diriku yang sesungguhnya. Mungkin Harry benar, aku harus mulai belajar mengontrol diriku. Sendiri.
 

Untuk ketiga kalinya lelaki itu mengerling ke arahku...

[Yozza]

Indah. Kulihat kilauan yang jernih. Untaian yang lembut. Alunan nan indah. Seolah hal itu akan mengalihkan fokus pikiranmu, mengalihkan pusat nadimu. Aku terpana seketika, meninggalkan  fokus diriku padanya, melupakan percakapan itu. Denyut nadiku berdetak cepat selagi jantung memompa darah. Gairah.

Untuk yang ketiga kalinya di minggu ini, apakah ini yang disebut orang takdir?pertanda?atau semua ini hanya kebohongan dari makhluk bernama kebetulan saja?Aku tidak dapat berpikir dengan jelas saat ini. Kursi kayu ini terasa sedingin air di danau ini, untaian rumput terasa seperti beton yang kokoh. Apa yang terjadi dengan diriku?kedatangannya seolah benar-benar merubah atmosfer. Tatapan matanya yang tajam melemahkan kakiku. Dear you...

Pada akhirnya, sinar matahari terasa redup. Seiring senyumanmu yang lembut....

No comments:

Post a Comment